Senin, 16 Maret 2015

Situs Batu Kujang I dan II

Secara administratif terletak di Kampung Tenjolaya Girang, Desa Cisaat, Kecamatan Cicurug. Situs ini terletak di lereng Gunung Salak di areal yang bergelombang. Secara astronomis terletak pada koordinat 6°45’09 LS dan 106°44’39” BT. Area situs dibatasi aliran Sungai Cisaat di sebelah timur, sebelah utara berupa lahan pertanian, pertemuan aliran Cileueur dan areal persawahan di sebelah barat, dan pertemuan aliran Sungai Cisaat serta dan Cileueur di sebelah selatan. Situs seluas .. ini dibatasi pagar kawat. Di wilayah tumbuh pohon bambu, laban, nangka, durian, damar, harendong, dan tanaman perdu seperti honje, salak, dan hanjuang. Untuk menuju ke situs, kendaraan roda dua dan empat hanya bisa mencapai di kampung terdekat, yaitu Kampung Tenjolaya. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki. Jalan setapak dan menanjak harus dilalui untuk mencapai situs ini. Tantangan lain adalah udara yang cukup dingin pada ketinggian situs mencapai 800-an m dari permukaan air laut. Situs Batu Kujang I dan II merupakan situs permukaan tanahnya miring makin ke utara makin tinggi. Di beberapa bagian lahan  dibatasi struktur batu sehingga lahan ini membentuk  punden berundak. Bentuk lahan yang demikian terbagi menjadi dua, bagian pertama yang terletak di bagian timur situs dan bagian barat dari situs. Kedua bagian itu dibatasi oleh tanggul batu.  Pada bagian paling bawah atau paling selatan dari bagian pertama situs terdapat tiga menhir berukuran tinggi 79 cm, 67 cm, dan 60 cm. Teras di atasnya tidak terdapat tinggalan arkeologis. Di teras berikutnya terdapat 3 menhir berjajar dengan ukuran tinggi 92 cm, 52 cm, 95 cm. Selain itu juga terdapat batu datar berbentuk tidak beraturan. Di teras keempat dan kelima tidak ditemukan tinggalan arkeologis.  Bagian kedua dari situs mempunyai bentuk lahan yang hampir sama dengan lahan bagian pertama. Teras pertama terdapat hamparan batu berukuran panjang 135 cm, lebar 120 cm, dan tinggi 6 cm. Di sekitar hamparan batu tersebut terdapat menhir berukuran tinggi 79 cm; batu datar berukuran panjang 120 cm, lebar 34 cm, dan tebal 11 cm; dolmen berukuran panjang 116 cm, lebar 52 cm, dan tebal 13 cm; dan hamparan batu berukuran 200 cm x 160 cm. Di teras kedua terdapat batu alam. Di teras selanjutnya terdapat menhir berukuran tinggi 147 cm, menhir yang lain berbentuk bengkok berukuran tinggi 105 cm. Di teras selanjutnya terdapat 3 menhir dan batu datar.  Ukuran tinggi masing-masing menhir adalah 53 cm, 130 cm, dan 90 cm, sedangkan batu datar mempunyai ukuran 90 m x 60 cm.  Di teras ketiga terdapat menhir berukuran tinggi 71 cm, dan dua batu datar yang masing-masing berukuran  90 cm x 37 cm dan 54 cm x 46 cm. Selain itu juga terdapat struktur batu melingkar dengan menhir berukuran tinggi 90 cm. Di teras keempat atau yang tertinggi terdapat struktur batu melingkar berdiameter 2m yang di tengahnya terdapat menhir dengan bentuk menyerupai kujang setinggi 208 cm. Menhir ini oleh masyarakat disebut Batu Kujang. Di sebelah timur batu kujang terdapat menhir berukuran tinggi 52 cm. Di teras ini pula terdapat batu alam berjajar yang masing-masing berukuran 205 cm x 57 cm x 13 cm; 173 cm x 24 cm x 8 cm; 287 cm x  67 cm x 9 cm. Tinggalan lain di teras ini adalah batu jolang berukuran 180 cm x 107 cm dengan kedalaman lubang 14 cm. Selain di areal berpagar di lokasi ini terdapat batu alam berukuran 180 cm x 75 cm yang oleh masyarakat disebut batu mayat. Tinggalan arkeologis lainnya adalah menhir setinggi 95 cm.

Pantai Karang Tawulan

Pantai Karang Tawulan, berlokasi di Desa Kalapagenep, Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya dengan jaraknya sekitar 90 kilometer dari pusat Kota Tasikmalaya,

Pantai Karang Tawulan merupakan pantai indah dengan hamparan aneka bentuk pulau-pulau karang mini penuh eksotika diantara gelombang pantai yang cukup besar. Pesona Pantai Karang Tawulan sebagai obyek wisata kebanggaan Kabupaten Tasikmalaya, menyimpan banyak keindahan, baik pantainya maupun keasrian dan kesejukan alam sekitarnya.

Bila sudah tiba di Karang Tawulan, maka pemandangan yang mencolok adalah kokohnya karang yang menjulang. Kalau diperhatikan ke tengah laut, maka akan tampak sebuah pulau kecil bernama Nusa Manuk. Di sana dihuni oleh sekumpulan burung-burung camar.

Namun sayang, keberadaan pantai ini belum banyak diketahui oleh khalayak umum. Padahal ada Pantai Karang Tawulan yang memiliki keindahan yang tidak kalah dengan Pantai Pangandaran. Mungkin karena Pantai Karang Tawulan terletak di daerah yang jarang dilalui oleh kebanyakan orang dan kurang adanya sosialisasi dari pemerintah daerah setempat untuk mempromosikan Pantai Karang Tawulan sehingga pantai ini terlupakan.

Kampung Naga

Sejarah/asal usul Kampung Naga menurut salah satu versi nya bermula pada masa kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dengan koordinat Latitude -7.363722 dan Longitude 107.994425 , seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana. Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga.

Nenek moyang Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi masyarakat Kampung Naga "Sa Naga" yaitu Eyang Singaparana atau Sembah Dalem Singaparana yang disebut lagi dengan Eyang Galunggung, dimakamkan di sebelah Barat Kampung Naga. Makam ini dianggap oleh masyarakat Kampung Naga sebagai makam keramat yang selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya.


Namun kapan Eyang Singaparana meninggal, tidak diperoleh data yang pasti bahkan tidak seorang pun warga Kampung Naga yang mengetahuinya. Menurut kepercayaan yang mereka warisi secara turun temurun, nenek moyang masyarakat Kampung Naga tidak meninggal dunia melainkan raib tanpa meninggalkan jasad. Dan di tempat itulah masyarakat Kampung Naga menganggapnya sebagai makam, dengan memberikan tanda atau petunjuk kepada keturunan Masyarakat Kampung Naga.

Ada sejumlah nama para leluhur masyarakat Kampung Naga yang dihormati seperti: Pangeran Kudratullah, dimakamkan di Gadog Kabupaten Garut, seorang yang dipandang sangat menguasai pengetahuan Agama Islam. Raden Kagok Katalayah Nu Lencing Sang Seda Sakti, dimakamkan di Taraju, Kabupaten Tasikmalaya yang mengusai ilmu kekebalan "kewedukan". Ratu Ineng Kudratullah atau disebut Eyang Mudik Batara Karang, dimakamkan di Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, menguasai ilmu kekuatan fisik "kabedasan". Pangeran Mangkubawang, dimakamkan di Mataram Yogyakarta menguasai ilmu kepandaian yang bersifat kedunawian atau kekayaan. Sunan Gunungjati Kalijaga, dimakamkan di Cirebon menguasai ilmu pengetahuan mengenai bidang pertanian.

Kampung Naga secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah Selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah Utara dan Timur dibatasi oleh sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari Kota Garut jaraknya 26 kilometer. Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga yang sudah ditembok (Sunda sengked) sampai ke tepi sungai Ciwulan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter. Kemudian melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai ke dalam Kampung Naga.
Lokasi:  Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.
Koordinat :  -7.363722 S, 107.994425 E

Curug Citambur

Curug (basa sunda) atau dalam bahasa Indonesia disebut air terjun ini, terletak di desa Karang Jaya kecamatan Pagelaran kabupaten Cianjur. Apabila anda berangkat dari bandung, ambil arah ke selatan bandung tepatnya jalan menuju kecamatan Ciwidey kabupaten Bandung, setelah Perkebunan Teh Rancabali terdapat pertigaan jalan, ke arah kiri menunjukkan arah ke tempat wisata Situ / danau Patengan, sedangkan ke arah kanan menuju perkebunan teh Sinumbra  Ambillah jalan yang menuju ke perkebunan Sinumbra, perjalanan dari perkebunan Sinumbra – melalui desa Cipelah kecamatan Rancabali hingga desa Karang Jaya membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam saja. Dengan keadaan jalan yang cukup baik hingga desa Cipelah, selanjutnya jalan masih baik walau berbatu – batu dan terkadang berlubang.   Perjalanan tidak akan membosankan karena pemandangan di kiri kanan, berbeda dengan keadaan kota dan bahkan desa – desa lainnya. Diawali dari perkebunan Rancabali hingga desa Cipelah, kiri kanan dikelilingi oleh perkebunan teh / tea plantation. Setelah melewati desa Cipelah, pemandangan pedesaan mulai berangsur berubah menjadi suasana pedesaan di pedalaman. Uniknya di sisi sebelah kanan terdapat punggungan gunung yang cukup tinggi, dan terdapat air terjun yang cukup indah terlihat dari jalan. Pertama lihat, karena takjub dan merasa kagum saya kira ini adalah Citambur, tapi ternyata bukan. Di perjalanan menuju Citambur ternyata masih terdapat satu lagi air terjun, hanya saya tidak menanyakan pada penduduk setempat, apa nama air terjun tersebut.   Sampai di kantor desa Karang Jaya, tepat didepan kantor tersebut merupakan pintu masuk menuju curug Citambur. Beberapa meter dari pintu masuk, langsung disambut oleh situ RawaSuro yang dijadikan penampung air untuk irigasi. Keadaan di sekitar danau ini tidak terlalu bersih dan tampaknya dijadikan tempat membersihkan plastik di aliran air irigasinya. Selanjutnya jalan menuju curug bukan hotmix, tetapi batu lepas tertanam di tanah akibat perkerasan oleh kendaran yang lewat. Apabila anda menggunakan motor harus berhati-hati melewatinya karena terkadang ada batu dan lubang yang dapat dihantam blok mesin.   Sampai ditempat parkir yang tidak tertata dan dipenuhi oleh rerumputan, terlihat air terjun yang cukup tinggi di sebelah kanan. Perkiraan mungkin hampir 200 meter, dengan perbandingan perkiraan pohon pinus 25 meter. Di sekitar parkiran masih merupakan sawah yang menguning, dan di sebelah kiri atau didepan air terjun terdapat bukit dan pohon beringin yang berdiri tegak dipuncaknya.   Tak bisa dipungkiri, wana wisata Curug Citambur memang sangat bagus, selain karena ketinggiannya, air yang bersih dan cipratan air hasil tumbukan dengan permukaan air sungai menghasilkan angin yang membawa butir-butir air yang memiliki turbulensi yang cepat, apabila kita berusaha mendekat baru dalam jarak 50 meteran dan berusaha melihat ke arah pusat tumbukan air, seakan – akan berputar – mata tidak akan tahan melihat karena cipratan air yang dahsyat seperti air hujan, dalam sekejap pakaianpun basah kuyup. Sensasi ini sangat berbeda dengan air terjun yang hanya memiliki ketinggian beberapa puluh meter, baru pertama kali saya merasakan perasaan yang aneh ketika memandang ke arah pusat tumbukan air terjun. Aneh sekali sensasi yang dirasakan …mmmhh sayangnya saya tidak berani membawa kamera, karena dalam beberapa puluh detik, pakaian langsung basah, dalam jarak 100 meter dari pusat air terjun pun, kamera harus hati-hati kalau tidak mau terkena air.   Posisi yang paling pas adalah mengambil gambar dari puncak bukit didepan air terjun, dan yang pasti dibutuhkan kamera dengan lensa tele, karena dengan kamera digital tipe compact, orang di tempat saya bertarung dengan cipratan air terjun yang maha dahsyat, terlihat bagai semut, kecil sekali. 

Candi Bojongmenje

Candi Bojongmenje berada dalam kawasan Kampung Bojongmenje RT.03 Rw.02, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, dengan keletakan geografis pada garis koordinat 107º 48'110" - 06º 57'958" dan daerahnya merupakan dataran tinggi ± 698 m di atas permukaan laut. Candi itu tepat berada di bawah tanah pemakaman umum masyarakat Desa Cangkuang dengan luas 843 m² , dikelilingi oleh tembok pabrik tekstil, lahan kebun penduduk dan dekat dengan aliran Sungai Cimande yang berjarak ±  75 m dari situs.  Candi Bojongmenje terletak sebelah tenggara ± 24 km dari pusat Kota Bandung, di sisi selatan jalan raya Rancaekek yang menghubungkan Kota Bandung dengan Tasikmalaya-Garut-Ciamis. Untuk menuju ke lokasi dapat menggunakan kendaraan roda 4 atau roda 2 dengan kondisi jalan raya kualitas 1 cor dan dilapisi hotmix. Sampai Blok Bojongmenje, Cangkuang, Rancaekek dilanjutkan dengan jalan kaki melalui pemukiman penduduk yang cukup padat dan dinding-dinding pabrik.  Pada tanggal 18 Agustus 2002 penduduk Bojongmenje, Ahmad Muhammad tengah mencari rayap di pemakaman umum Desa Cangkuang untuk umpan memancing ikan. Ketika menggali tanah tersebut Ahmad mendapatkan batu-batu. Karena penasaran pada tanggal 19 Agustus 2002 bersama teman-temannya berjumlah 12 orang  melanjutkan penggalian hingga menemukan tatanan batu yang diduga merupakan reruntuhan bangunan candi.  Berdasarkan hasil peninjauan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Balai Arkeologi Bandung dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung pada tanggal 20 Agustus 2002, dapat diketahui bahwa tatanan batu yang merupakan sisi barat bangunan candi. Tatanan batu tersebut membujur arah utara-selatan sepanjang sekitar 4 m terdiri 9 balok batu bersusun sebanyak 5 lapisan. Susunan batu ini menujukkan profil kaki candi terdiri bagian pelipit, di atasnya terdapat ojief (bingkai padma, sisi genta) dan di atasnya lagi terdapat tonjolan persegi yang merupakan variasi bentuk half round. Seluruh batu dalam keadaan polos dalam arti tidak dijumpai adanya relief. Menurut informan sekitar tahun 1940-1942 tank-tank Belanda menggilas dan menghancurkan Candi Kukuk dan situs-situs lainnya di daerah sekitar Bojongmenje, menjadikan daerah itu tidak angker lagi. Kemudian sisa-sisa bangunan terkubur dan dilupakan orang dengan berdirinya bangunan pabrik di daerah itu mulai tahun 1989-1990. Penduduk menemukan berbagai bentuk arca yang menambah kenyakinan bahwa ditempat tersebut memang ada candi. Demikian juga barang antik yang ditemukan ketika menggali sumur, tidak pernah diambil dan dikuburkan kembali sesuai dengan tabu atau pamali yang hidup di kalangan penduduk. Berita keberadaan Situs Bojongmenje pertama kali diberitakan dalam Surat Kabar Harian Gala Media tanggal 20 Agustus 2002, yang dengan cepat menyebar di kalangan masyarakat dan apresiasi masyarakat  sungguh menakjubkan dengan banyaknya masyarakat yang berdatangan menyaksikan penemuan candi itu, sehingga mendadak lokasi candi menjadi ramai dan bermunculan warung-warung dan penjual kaki lima yang mengelar dagangan di sekitar lokasi ditemukannya candi tersebut.  Sedang penelitian dalam bentuk ekskavasi penyelamatan dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Balai Arkeologi Bandung dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Lampung mulai bulan Oktober 2002. Hasil penelitian terhadap Candi Bojongmenje dapat mengungkap lebih banyak data tentang keberadaan bangunan candi tersebut. Candi Bojongmenje yang tersisa merupakan bangunan bagian kaki candi, sedang bagian tubuh dan atap tidak ditemukan. Bangunan kuno yang terletak di tepi Sungai Cimande ini, memiliki denah empat persegi dengan ukuran 6,40 x 6,77 meter dan tinggi 0,86 meter, dibangun dengan menggunakan bahan batu tufa. Didirikan di atas suatu fondasi yang tersusun dari pasangan balok batu dengan ukuran panjang 7,67 meter, lebar 7,40 meter. Secara keseluruhan bagian kaki tersebut terdiri atas bingkai panil, bingkai rata dan bingkai padma yang tersusun atas 5 lapis batu yang terdiri dari pasangan balok-balok batu bertakik pada bagian bawah yang disusun dengan sistem tumpuk. Sisa candi terdiri dari satu lapis batu di bagian luar (batu kulit), sedang di bagian tengah diisi dengan batu-batu lain yang berfungsi sebagai batu isian. Candi Bojongmenje merupakan tinggalan yang cukup langka di Daerah Jawa Barat  khususnya di bagian dataran tinggi Jawa Barat. Sebelumnya temuan yang demikian umumnya ditemukan di dataran rendah bagian utara Jawa Barat seperti yang diperlihatkan komplek percandian Batujaya, Cibuaya, dan di dataran tinggi hanya Candi Cangkuang di Kabupaten Garut. Candi Bojongmenje dapat dikatakan merupakan temuan langka di daerah Jawa Barat, karena selama ini belum ada laporan yang pernah menyinggung tentang peninggalan itu.   Para ahli memperkirakan bahwa Candi Bojongmenje berasal dari abad ke 5 – 6 (Haryono, 2002), abad ke 7 (Djubiantono, 2002). Hal ini terjadi kemungkinan karena dilatarbelakangi oleh ketuaan usia kepurbakalaan daerah Jawa Barat yang ditandai oleh kerajaan tertua yaitu Tarumanagera  yang berasal dari abad ke 4 atau ke 5 Masehi. Candi Bojongmenje ini mewakili jenis percandian yang berasal dari kawasan pengunungan atau dataran tinggi  karena candi Jawa Barat dari kawasan dataran tinggi pada umumnya dibuat dari batu alam yaitu andesit, tufa seperti Candi Cangkuang di Garut, sedangkan di Jawa Barat bagian utara, atau di dataran rendah dibuat dari tanah liat bakar (bata) seperti Situs Batujaya dan Cibuaya.  Ditemukannya lingga dan yoni pada kegiatan pemugaran tahun 2004 pada fondasi kaki candi memperjelas bahwa agama yang melatari pembangunan candi Bojongmenje ini adalah agama Hindu-Šiava (Siwaisme) karena lingga-yoni merupakan simbolisasi dari Dewa Siwa yang berpadu dengan Dewi Parwati untuk keperluan pemujaan. Di Jawa Barat aliran Sivaisme juga berkembang di candi Cangkuang, Kabupaten Garut.  Sebagai candi batu yang relatif langka di Jawa Barat, Pemda Jabar melalui Disbudpar Propinsi Jabar telah melaksanakan upaya pelestarian candi seperti memindahkan makam umum ke lokasi lain, dan membangun fasilitas pengamanan berupa pagar dan pondok peristirahatan, dimaksudkan agar candi dapat lebih optimal untuk penelitian, pendidikan maupun pariwisata. Hambatan dalam pengelolaan candi tersebut dikarenakan ada sebagian tanah candi masih milik masyarakat yang tidak bersedia diberikan ganti rugi tanah yang dibutuhkan bagi pelestarian dan pengembangan kawasan candi. Sehingga proses pemugaran yang telah dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala tahun 2004 tidak berjalan sebagaimanamestinya.  Alamat: Kampung Bojongmenje RT 03 RW 02, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek Koordinat : 6 57' 57" s, 107 48' 6"

Candi Cangkuang

Candi Cangkuang termasuk ke dalam wilayah Kampung Ciakar, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles. Secara geografis beradapada koordinat 7º 06’ 067” LS 107º 55’168”. Untuk mencapai Candi Cangkuang bisa naik bus atau elf jurusan Bandung-Garut, berhenti di alun-laun Leles, kemudian dilanjutkan dengan naik delman atau ojeg, atau berjalan kaki sejauh 3 Km. Candi Cangkuang terletak di puncak bukit kecil di Pulau Panjang yang dikelilingi danau “Situ” Cangkuang, namun karena adanya pendangkalan pada sebagian danau maka salah satu sisinya menyatu dengan tanah di sekitar. Selain candi, ditemukan pula makam Arif Muhammad yang letaknya berdampingan dengan candi dan masih di areal Pulo Panjang ini terdapat pemukiman masyarakat adat Pulo.Nama Candi Cangkuang diambil dari nama Desa Cangkuang tempat dimana candi tersebut ditemukan, namun ada yang berpendapat bahwa Cangkuang adalah nama tumbuhan/pohon Cangkuang yang banyak tumbuh di kawasan tersebut. Candi Cangkuang ditemukan kembali pada tanggal 9 Desember 1966 berkat usaha penelusuran oleh ahli purbakala Drs. Uka Tjandrasasmita terhadap buku Notulen Bataviach Genoot Schap yang ditulis oleh orang Belanda bernama Vorderman tahun 1893. Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa di Desa Cangkuang terdapat makam kuna Arif Muhammad dan sebuah arca siwa. Penelitian tahun 1967/1968 dengan cara penggalian di sekitar daerah tersebut menemukan pondasi kaki candi dan serakan batu bahkan oleh penduduk digunakan sebagai nisan makam.  Pada tahun 1974 -1976 dilakukan pemugaran (rekonstruksi) bangunan candi yang dilaksanakan oleh proyek Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional Depdikbud dan hasilnya seperti sekarang ini dan makam Arif Muhammad yang terletak di sebelah candi. Pemugaran dilakukan berdasarkan sisa pondasi dan sejumlah temuan lepas. Temuan batu-batu asli ± 20 % memang sangat terbatas, tetapi cukup mewakili  bagian-bagian candi. Candi selesai dipugar dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 8 Desember 1976. Candi Cangkuang berdenah bujur sangkar dengan ukuran panjang 4,5 m, lebar 4,5 m dan tinggi 8,5 meter dengan sebuah pintu masuk ke bilik utama di sisi timur. Candi terbuat dari batu andesit polos. Secara keseluruhan candi ini terdiri atas kaki, badan, dan atap. Kaki candi memiliki tangga yang diapit oleh dua pipi tangga menuju badan candi. Pada badan, terdapat bilik candi dengan arca Siwa dalam posisi duduk di punggung lembu (Nandi) dengan kaki kiri dilipat ke muka perut, kedua tangan arca patah, dibuat dari batu andesit, dengan tinggi 40 cm. Temuan arca Siwa yang merupakan dewa dalam Agama Hindu, menunjukan bahwa pembangunan candi untuk tempat pemujaan masyarakat yang beragama Hindu. Diduga oleh beberapa ahli bahwa candi dibangun pada abad ke-8 M, yang merupakan mata rantai yang hilang dari penemuan Candi Jiwa di Karawang (Abad ke-4), Candi di Wonosobo dan candi di Ambarawa pada abad ke-7 dan ke-8 M. Atap candi terdiri dari atas 4 tingkat yang bentuknya mengecil ke atas dengan kemuncak tunggal di atasnya.  Arief Muhammad merupakan tokoh penyebar Agama Islam di daerah tersebut (Ani Rostiyati, 1996:70-73). Arif Muhammad semula senapati Kesultanan Mataram Islam yang terletak di Yogyakarta, yang ditugaskan oleh Sultan Agung untuk menyerang dan mengusir VOC/Kompeni di Batavia di bawah pimpinan J.P. Coen,  pada abad ke 17 M. Usaha penyerangan tersebut gagal, pasukan Mataram Islam mengalami kekalahan. Dengan kekalahan tersebut Arif Muhammad tidak pulang ke daerah asalnya di Yogyakarta, melainkan melarikan diri ke daerah pedalaman priangan, tepatnya di daerah Leles, Garut. Selanjutnya Arif Muhammad menetap dan menyebarkan Agama Islam kepada masyarakat setempat yang kemungkinan besar menganut agama Hindu. Hal tersebut biasa dilihat dari adanya bangunan candi Hindu. Usaha mengislamkan penduduk setempat berhasil dan hingga sekarang seluruh penduduk setempat secara nominal beragama Islam. Arif Muhammad membentuk keluarga dengan menikahi wanita setempat serta memperoleh enam anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Setelah meninggal, Arif Muhammad dimakamkan di dekat candi Cangkuang. Makam Arif Muhammad merupakan rekontruksi dari bentuk aslinya, ketika pemugaran Candi Cangkuang tahun 1976. Makam berdenah empat persegi panjang berukuran 260 x 126 x 80 cm, dengan nisan ganda berbentuk empat persegi panjang berukuran 46 x 25 x 6 cm dipasang saling berhadapan jaraknya 1 m. Makam ini banyak dikunjungi oleh masyarakat, namun ada larangan adat  yang harus dipatuhi yaitu tidak boleh berziarah ke makam pada hari Rabu. Hari Rabu dipakai hanya untuk kegiatan mengaji, ceramah dan mempelajari ilmu agama Islam.Ditemukan pula kitab-kitab tulisan tangan yang ditulis di kertas yang terbuat dari kulit kayu pohon saeh, yaitu kitab tauhid, kitab jurumiah, kitab ilmu sufi, kitab fikih, ilmu bahasa, kitab doa, kitab khutbah Jum’at, dan Alm Qur’an. Kesemua kitab merupakan peninggalan Arif Muhammad yang sekarang disimpan di Museum Situs  Cangkuang, tidak jauh dari makam Arif Muhammad. Lokasi:  Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten garut Koordinat : 7º 06’ 067” S, 107º 55’168”

Pantai Karang Paranje

Pantai karang paranje adalah salah satu objek wisata pantai di kabupaten Garut yang belum dikembangkan menjadi objek wisata. Pantai ini mempunyai potensi wisata berupa keindahan alam pantai dengan terdapatnya gugusan karang di tepi pantai, sehingga pantai ini memiliki keunikan dan daya tarik untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Dari pantai karang paranje juga dapat dinikmati suasana sore yang eksotis untuk melihat matahari terbenam (sunset) secara jelas ditepi pantai tersebut. Pantai  ini sekarang dikelola oleh Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) dan status kepemilikannya dimiliki oleh masyarakat lokal. Dan tata guna lahannya baru diperuntukkan sebagai pemukiman penduduk dan lahan terbukanya memang dialokasikan sebagai area untuk pariwisata oleh penduduk setempat. Luas area yang dimiliki oleh pantai karang paranje adalah 9 ha dengan  luas kawasan sebesar 12-13 ha.   Didaerah tersebut hanya terdapat sebuah lapangan bola dan jembatan yang menghubungkan antara daratan dengan pesisir pantai karang paranje, serta sebuah danau alami yang sering digunakan masyarakat untuk menangkap ikan.   Untuk daerah tepi pantai flora dominannya adalah pandan bidur yang daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat anyaman oleh penduduk sekitar   Kegiatan wisata yang bisa dilakukan di daya tarik wisata ini adalah menikmati pemandangan pantai (sightseeing), memancing, fotografi, bermain di pantai, berjalan-jalan, dan melihat matahari tenggelam (sunset). Untuk aktivitas yang berpotensi untuk dikembangkan antara lain : berperahu, berjemur, spooning nook, dan olah raga air. Lokasi:  Desa Karyasari, Kecamatan Pameungpeuk, kabupaten Garut Koordinat : 7 40' 42" S, 107 46' 59" 

Curug Orok

       
Asal mula air terjun ini dinamakan Curug Orok karena menurut cerita masyarakat setempat pada tahun 1968 ada seorang wanita muda yang membuang bayinya dari puncak air terjun, sehingga air terjun tersebut dinamakan Curug Orok. Kalau dilihat dari bentuknya curug ini mempunyai 2 curug, dimana yang besar melambangkan keberadaan ibu si bayi dan yang kecil melambangkan bayi tersebut.Curug orok dengan ketinggian 45 M ini sudah menjadi Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) sejak 21 April 1996. Curug Orok merupakan jenis ODTW alam yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara dan dimiliki oleh PT. Perkebunan Papandayan.Curug Orok sendiri berada di ketinggian 250 M diatas permukaan laut dengan konfigurasi umum lahan berbukit karena letaknya di kaki gunung Papandayan dan tingkat kemiringan lahannya landai dan curam Tingkat stabilitas dan daya serap tanah di kawsan ini baik dan tingkat abrasi yang rendah. Curug Orok memiliki air yang jernih, bau air normal dan temperatur yang dingin. Flora dominan di sekitar Curug Orok adalah pohon pinus, pepaya dan tumbuhan liar lainnya. Sedangkan fauna yang terdapat di kawasan yaitu monyet dan ular. Sumber air bersihnya berasal dari air terjun itu sendiri yang debitnya tidak terbatas dan kualitas airnya yang jernih, rasanya tawar dan baunya normal. 

Jumat, 06 Maret 2015

15 Tempat Wisata di Bali yang Wajib Dikunjungi

Pantai Padang Padang

Terletak di sebelah timur Pulau Jawa, Bali adalah primadona pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia. Selain terkenal dengan keindahan alamnya, terutama pantainya, Bali juga terkenal dengan kesenian dan budayanya yang unik dan menarik.
Bali sebagai tempat tujuan wisata yang lengkap dan terpadu memiliki banyak sekali tempat wisata menarik, apa saja tempat wisata di Bali yang wajib dikunjungi?

1. Pantai Kuta

Pantai Kuta
Pantai Kuta
Pantai Kuta adalah tempat wisata di Bali yang paling terkenal dan paling banyak dikunjungi wisatawan karena lokasinya yang dekat dengan bandara, pantainya yang indah, biaya yang murah, dan ombaknya yang cocok untuk peselancar pemula.Pantai Kuta juga terkenal dengan panorama matahari tenggelamnya yang sangat indah. Fakta unik dari Pantai Kuta adalah sebelum Pantai Kuta menjadi sebuah tempat wisata di Bali yang wajib dikunjungi seperti sekarang ini, Pantai Kuta merupakan sebuah pelabuhan besar, pusat perdagangan di Bali. Dengan pasir putih dan laut birunya, dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang sangat lengkap, Pantai Kuta adalah primadona wisata Bali.

2. Pura Tanah Lot

Pura Tanah Lot
Pura Tanah Lot
Pura Tanah Lot adalah salah satu tempat wisata di Bali yang terkenal dengan keindahannya, terutama pada saat matahari terbenam. Pura Tanah Lot yang terdiri dari 2 buah pura merupakan pura tempat memuja dewa laut. Keunikan dari Pura Tanah Lotadalah pura ini berada di atas sebuah batu karang besar di pinggir laut. Pada saat air laut pasang, anda tidak dapat mendekat ke Pura Tanah Lot karena di sekitar batu karang penyangga Pura Tanah Lot akan digenangi air laut. Pada saat air surut anda dapat melihat beberapa ular laut jinak yang menurut penduduk setempat merupakan penjaga Pura Tanah Lot. Selain itu, di lokasi ini anda juga dapat memegang ular suci yang jinak dan tidak berbahaya.

3. Pantai Padang Padang

Pantai Padang Padang
Pantai Padang Padang
Pantai Padang Padang mungkin kurang begitu terkenal bila dibandingkan dengan Pantai Kuta, namun Pantai Padang Padang adalah pantai yang sangat indah dan unik. Pada saat saya pertama datang ke Pantai Padang Padang juga saya mengira bahwa pantai ini adalah pantai yang tidak menarik karena kurang terkenal, namun ternyata saya salah. Pantai Padang Padang adalah pantai kecil yang tersembunyi dibalik sebuah tebing di kawasan Pecatu, dekat Uluwatu. Untuk dapat mencapai Pantai Padang Padang, anda harus melewati sebuah tangga yang membelah tebing. Pantai Padang Padang tidak besar dan luas, namun sangat indah dan menarik untuk dikunjungi. Sebagian besar pengunjung Pantai Padang Padang adalah wisatawan asing karena Pantai Padang Padang kurang terkenal dikalangan wisatawan dalam negeri.

4. Danau Beratan Bedugul

Danau Beratan Bedugul
Danau Beratan Bedugul
Danau Beratan Bedugul adalah sebuah danau yang berlokasi di daerah pegunungan dengan suasana alam yang asri. Keunikan dari Danau Beratan Bedugul adalah keberadaan pura yang bernama Pura Ulun Danu. Pura Ulun Danu terletak di pinggir Danau Beratan Bedugul dan merupakan salah satu daya tarik utama Danau Beratan Bedugul. Selain itu wisatawan juga dapat menikmati permainan air dan menyewa perahu di Danau Beratan Bedugul.

5. Garuda Wisnu Kencana (GWK)

Garuda Wisnu Kencana
Garuda Wisnu Kencana
Garuda Wisnu Kencana atau biasa disingkat GWK adalah sebuah taman wisata budaya yang berlokasi di Bali Selatan. Garuda Wisnu Kencana adalah sebuah patung yang sangat besar karya I Nyoman Nuarta. Saat ini, patung Garuda Wisnu Kencana belum sepenuhnya selesai dibuat, hanya sebagian saja yang telah selesai, namun walau begitu anda tetap dapat menikmati kemegahan Garuda Wisnu Kencana. Selain patung, anda juga dapat melihat keindahan bukit kapur yang di potong menjadi balok-balok kapur besar. Balok-balok kapur ini nantinya akan penuh dengan pahatan. Selain itu di kawasan Garuda Wisnu Kencana juga terdapat teater seni, anda dapat menikmati berbagai jenis tari dan kesenian Bali di teater ini setiap harinya.

6. Pantai Lovina

Pantai Lovina
Pantai Lovina
Pantai Lovina mungkin tidak terlalu sering terdengar di kalangan wisatawan. Pantai Lovina adalah salah satu tempat wisata di Bali yang paling saya sukai karena di Pantai Lovina kita dapat melihat lumba-lumba berenang dan meloncat di habitat aslinya. Terletak di Bali Utara dekat dengan Kota Singaraja, anda akan pergi ke tengah laut dan melihat lumba-lumba dengan menggunakan perahu nelayan. Lumba-lumba Pantai Lovina bermain di tepi pantai pada pagi hari, oleh karena itu biasanya wisatawan berangkat dari pinggir pantai mulai dari jam 6 pagi.

7. Pura Besakih

Pura Besakih
Pura Besakih
Pura Besakih adalah sebuah pura yang berlokasi di kaki Gunung Agung, dan merupakan pura terbesar di Bali. Di Pura Besakih sering diadakan acara keagamaan Hindu karena Pura Besakih dipercaya sebagai tempat suci dan merupakan induk dari seluruh pura yang ada di Bali. Pura Besakih dibangun dengan konsep keseimbangan Tuhan, manusia, dan alam atau sering disebut dengan sebutan Tri Hita Karana. Untuk dapat memasuki area Pura Besakih, anda harus menggunakan sarung yang dapat dipinjam di sekitar lokasi Pura Besakih.

8. Pura Uluwatu

Pura Uluwatu
Pura Uluwatu
Pura Uluwatu adalah salah satu tempat wisata di Bali yang berada di atas sebuah tebing yang menjorok ke laut. Pura Uluwatu tidak hanya menawarkan suasana religius khas Bali, namun juga menawarkan keindahan panoramanya, terutama keindahan matahari tenggelamnya yang sudah sangat terkenal. Di Pura Uluwatu anda akan berjumpa dengan sejumlah kera yang dipercaya berfungsi menjaga kesucian Pura Uluwatu. Untuk memasuki area Pura Uluwatu, anda harus menggunakan sarung dan selendang yang merupakan simbol hormat kepada kesucian Pura Uluwatu.

9. Pantai Jimbaran

Pantai Jimbaran
Pantai Jimbaran
Pantai Jimbaran adalah salah satu tempat wisata di Bali yang paling terkenal. Pada saat anda datang ke Pantai Jimbaran, yang pertama kali akan anda lihat adalah deretan meja dan kursi makan di atas pasir putih yang indah. Pantai Jimbaran terkenal dengan kuliner pinggir pantainya, terutama hidangan lautnya. Pantai Jimbaran untuk anda yang inginberwisata ke pantai sekaligus menikmati wisata kuliner khas Bali. Tidak perlu kuatir menyantap makanan di Pantai Jimbaran karena ombak di Pantai Jimbaran sangatlah tenang, tidak membahayakan anda yang sedang makan di pinggir pantai.

10. Sangeh

Sangeh
Sangeh
Sangeh adalah tempat wisata di Bali yang akan membawa anda menyatu dengan alam. Terletak di Ubud, Bali, Sangeh adalah sebuah hutan yang dihuni oleh banyak kera liar. Kera-kera ini dianggap keramat oleh penduduk setempat sehingga tidak boleh diganggu dan dibiarkan hidup di hutan Sangeh. Kera di Sangeh sangat menyukai makanan, mereka akan berusaha mendapatkan makanan yang anda bawa, walaupun makanan tersebut ada di dalam tas anda. Di tempat ini anda akan menyaksikan kehidupan ratusan kera yang unik dan menarik.

11. Tanjung Benoa

Tanjung Benoa
Tanjung Benoa
Tanjung Benoa yang berbatasan dengan Nusa Dua, Bali adalah pusat dari kegiatan olahraga dan permainan air di Bali. Karakteristik Pantai Tanjung Benoa sangatlah tenang, sehingga sangat cocok untuk berbagai jenis permainan air yang seru. Jenis permainan air yang dapat anda mainkan di sini yaitu snorkel, sea walker, banana boat, parasailing, wakeboard, waterski, jetski, scuba diving, donut boat, flying fish, dan lain-lain. Selain itu anda juga dapat pergi melihat penyu raksasa di pulau penyu dengan menaiki perahu dari Tanjung Benoa.

12. Danau Batur Kintamani

Danau Batur Kintamani
Danau Batur Kintamani
Danau Batur Kintamani merupakan salah satu pesona alam yang dimiliki Bali. Terletak di gunung tertinggi ke 2 di Bali, Danau Batur Kintamani mempunyai hawa yang sejuk dan pemandangan yang sangat mempesona. Danau Batur Kintamani adalah danau terbesar di Bali yang banyak dikunjungi wisatawan karena menawarkan pemandangan yang tiada duanya di Bali.

13. Tari Kecak Uluwatu

Tari Kecak Uluwatu
Tari Kecak Uluwatu
Tari Kecak adalah tari khas Bali yang paling terkenal dan paling menarik untuk dilihat. Dari banyak tempat yang mempertontonkan tarik kecak, menurut saya yang paling menarik adalah Tari Kecak Uluwatu yang berada di Pura Uluwatu. Tari Kecak Uluwatu mempertunjukan tari kecak khas Bali dengan latar belakang matahari tenggelam di Uluwatu yang sangat indah. Tari Kecak Uluwatu sangat populer dan ramai oleh karena itu apabila anda ingin menonton pertunjukan Tari Kecak Uluwatu, saya sarankan untuk pesan dari jauh hari.

14. Arung Jeram Sungai Telaga Waja

Arung Jeram Sungai Telaga Waja
Arung Jeram Sungai Telaga Waja
Arung Jeram Sungai Telaga Waja sangatlah cocok bagi anda yang suka kegiatan yang seru dan menantang. Sungai Telaga Waja memiliki air yang jernih dan bersih dan jeram yang menantang. Di akhir pengarungan anda akan meloncati sebuah pintu air, sangat seru. Setelah selesai menikmati Arung Jeram Sungai Telaga Waja, anda akan mendapatkan bonus berupa trekking naik gunung, oleh karena itu siapkan diri anda dan beristirahatlah yang cukup karenaArung Jeram Sungai Telaga Waja akan menguras tenaga anda.

15. Arung Jeram Sungai Ayung

Arung Jeram Sungai Ayung
Arung Jeram Sungai Ayung
Arung Jeram Sungai Ayung mempunyai karakteristik yang berbeda dengan Arung Jeram Sungai Telaga Waja. Apabila Arung Jeram Sungai Telaga Waja menawarkan tantangan, maka Arung Jeram Sungai Ayung menawarkan keindahan. Panorama sepanjang Sungai Ayung sangatlah indah, ditambah dengan pahatan di tebing sungai, dan hijaunya pepohonan di sekitar sungai melengkapi keindahan Arung Jeram Sungai Ayung.

Selasa, 03 Maret 2015

AKSARA SUNDA KAGANGA

Aksara Swara


Sunda A.png = aSunda Ae.png = éSunda I.png = iSunda O.png = o
Sunda U.png = uSunda E.png = eSunda Eu.png = eu

 Aksara Ngalagena

Representasi grafis
Sunda Ka.png = kaSunda Ga.png = gaSunda Nga.png = nga
Sunda Ca.png = caSunda Ja.png = jaSunda Nya.png = nya
Sunda Ta.png = taSunda Da.png = daSunda Na.png = na
Sunda Pa.png = paSunda Ba.png = baSunda Ma.png = ma
Sunda Ya.png = yaSunda Ra.png = raSunda La.png = la
Sunda Wa.png = waSunda Sa.png = saSunda Ha.png = ha

 Rarangkén

Berdasarkan letak penulisannya, 14 rarangkén dikelompokkan sebagai berikut:
  • rarangkén di atas huruf = 5 macam
  • rarangkén di bawah huruf = 3 macam
  • rarangkén sejajar huruf = 5 macam
a. Rarangkén di atas huruf
Sundanese sign panghulu.pngpanghulu, membuat vokal aksara Ngalagenadari [a] menjadi [i].Contoh: Sunda Ka.pngka → Sundanese sign panghulu.png = ki.
Sundanese sign pamepet.pngpamepet, membuat vokal aksara Ngalagenadari [a] menjadi [ə].Contoh: Sunda Ka.pngka → Sundanese sign pamepet.png = ke.
Sundanese sign paneuleung.pngpaneuleung, membuat vokal aksara Ngalagenadari [a] menjadi [ɤ].Contoh: Sunda Ka.png = ka → Sundanese sign paneuleung.png = keu.
Sundanese sign panglayar.pngpanglayar, menambah konsonan [r] pada akhir suku kata.Contoh: Sunda Ka.png = ka→ Sundanese sign panglayar.png = kar.
Sundanese sign panyecek.pngpanyecek, menambah konsonan [ŋ] pada akhir suku kata.Contoh: Sunda Ka.png = ka→ Sundanese sign panyecek.png = kang.
b. Rarangkén di bawah huruf
Sundanese sign panyuku.pngpanyuku, membuat vokal aksara Ngalagenadari [a] menjadi [u].Contoh: Sunda Ka.pngka → Sundanese sign panyuku.png = ku.
Sundanese sign panyakra.pngpanyakra, menambah konsonan [r] di tengah suku kata.Contoh: Sunda Ka.png = ka →Sundanese sign panyakra.png = kra.
Sundanese sign panyiku.pngpanyiku, menambah konsonan [l] di akhir suku kata.Contoh: Sunda Ka.png = ka → Sundanese sign panyiku.png = kla.
c. Rarangkén sejajar huruf
Sundanese sign paneleng.pngpanéléng, membuat vokal aksara Ngalagenadari [a] menjadi [ɛ].Contoh: Sunda Ka.pngka → Sundanese sign paneleng.png = .
Sundanese sign panolong.pngpanolong, membuat vokal aksara Ngalagenadari [a] menjadi [ɔ].Contoh: Sunda Ka.pngka → Sundanese sign panolong.png = ko.
Sundanese sign pamingkal.pngpamingkal, menambah konsonan [j] di tengah suku kata.Contoh: Sunda Ka.png = ka→ Sundanese sign pamingkal.png = kya.
Sundanese sign pangwisad.pngpangwisad, menambah konsonan [h] di akhir suku kata.Contoh: Sunda Ka.png = ka →Sundanese sign pangwisad.png = kah.
Sundanese sign pamaeh.pngpatén atau pamaéh, meniadakan vokal pada suku kata.Contoh: Sunda Ka.png = ka → pamaeh = k.

 Angka

Representasi grafis
Sundanese digit 1.png = 1Sundanese digit 2.png = 2
Sundanese digit 3.png = 3Sundanese digit 4.png = 4
Sundanese digit 5.png = 5Sundanese digit 6.png = 6
Sundanese digit 7.png = 7Sundanese digit 8.png = 8
Sundanese digit 9.png = 9Sundanese digit 0.png = 0
Dalam teks, angka diapit oleh dua tanda pipa | … |.
Contoh: |Sundanese digit 2.pngSundanese digit 4.pngSundanese digit 0.png| = 240

 Tanda baca

Di masa sekarang, aksara Sunda menggunakan tanda baca Latin. Contohnya: koma, titik, titik koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya, tanda kutip, tanda kurung, tanda kurung siku, dsb.